MENITI LANGKAH MENUJU IMPIAN Oleh Dianita Susilo Saputri #InspirationalStory

MENITI LANGKAH MENUJU IMPIAN

Oleh Dianita Susilo Saputri
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2012

Menjadi dokter adalah cita-citaku sejak kecil. Meskipun sempat labil dan pernah berkata ingin menjadi presiden atau insinyur dan guru TK, aku menentukan untuk ingin menjadi dokter karena dokter yang ku tahu adalah sosok yang baik dan suka menolong sesama. Aku ingin menjadi sosok seperti itu di samping keinginanku untuk dapat membantu orang-orang terdekatku yang sedang sakit. Di usiaku yang ke-17 tahun ini, aku ingin berbagi cerita tentang angin apa yang membawaku menjadi mahasiswa di FKUI.

Belum terbayang di benakku saat itu, almamater kuning yang markasnya berdiri kokoh di pusat ibukota negeri ini, Universitas Indonesia. Hingga tiba saat SMA, aku mendapat motivasi dari wali kelas sekaligus pembimbing konseling yang mengarahkanku untuk melanjutkan studi ke UI ketika sudah lulus SMA nanti. Setiap hari, beliau meyakinkanku. Diceritakannya tentang kakak kelasku yang sudah lebih dahulu menempuh pendidikan kedokteran di sana. Aku pun merasa tertantang dengan hal ini. Kuceritakan pada kedua orangtuaku mengenai keinginanku untuk pergi merantau ke Jakarta demi menimba ilmu di UI. Mereka mengizinkan, tanpa banyak berlama-lama dan menggantungkanku pada keputusan yang tak pasti. Akhirnya, semakin mantaplah tekadku untuk mengejar UI.

Mungkin, muncul pertanyaan di benak kalian (di benakku benar-benar muncul saat itu): mengapa harus UI? Untuk sekolah pendidikan dokter tidak harus sejauh itu. Belum lagi jika terbayang biaya pendidikan dan biaya hidup yang akan jauh berbeda dengan Jember, tempat rumahku berada. Lantas aku berpikir, mencoba mencari jawabannya dengan bertanya. Yang kudapati adalah, UI itu biaya pendidikannya tergolong relatif murah. Karena UI itu kampus rakyat, banyak beasiswa tersaji hangat di hadapan mata. Biaya hidup di Jakarta, tak bisa dipungkiri pasti jauh lebih tinggi dari Jember. Namun aku berpikir lagi, makan bisa dihemat, kesempatan tak boleh lewat. Kesempatan? Kesempatan apa? Kesempatan untuk bisa masuk UI lewat jalur SNPMTN undangan yang sangat terbuka lebar bagi anak daerah sepertiku. Lalu, apa bedanya UI dengan universitas lain, sebut saja yang ada di daerah sendiri? Ya beda toh, namanya Universitas Indonesia, isinya orang se-Indonesia dari Sabang sampe Merauke. Itulah yang kucari, belajar dari orang yang berbeda, belajar dari orang yang lebih hebat. Aku banyak terkesan dengan alumni UI dan berharap bisa menjadi seperti mereka. Lalu bagaimana dengan kejamnya dunia metropolitan? Siapa yang menjadi teman suka duka saat jauh dari orangtua? Ternyata sudah banyak anak Jember yang merantau untuk menimba ilmu di UI, hingga terbentuk suatu paguyuban mahasiswa yang dinamakan Keluarga Mahasiswa Jember di Jakarta atau Gamabeta. Gamabetalah yang pertama kali menyambutku sedemikian hangat saat aku menerima pengumuman kelulusanku melalui jalur masuk SNMPTN Undangan tahun 2012.

Dengan berbagai alasan itulah, aku memperjuangkan tekadku untuk memilih UI sebagai jalanku meraih mimpiku. Perjuangan itu tak semudah membalikkan telapak tangan, namun tak  juga sesulit melupakan orang yang kau cintai *eh salah fokus). Aku sama seperti anak SMA pada umumnya, tak hanya belajar tapi juga bersenang-senang. Aku mengikuti les atau bimbingan belajar di luar sekolah, tapi hal itu tak membuatku lelah karena aku menjalaninya dengan senang. Tak lupa meminta restu orang tua dan keluarga terdekat, juga guru-guruku mulai TK, SD, SMP, sampai SMA, plus guru les. Bermunajat kepada Yang Maha Kuasa di samping segala ikhtiar yang telah kulakukan membuatku tenang dan tidak histeris dengan kedatangan pengumuman SNMPTN Undangan. Semua mengalir seperti air, dari hulu ia menuju ke hilir. Aku yakin, ini jalan terbaik yang Allah pilihkan untukku. Perjuanganku pun, tak berhenti sampai diterima di FKUI. Ini adalah awal dari perjuangan selanjutnya, bertahan hidup di Ibukota demi menjadi dokter yang kelak mengabdi bagi bangsa.

DianitaImg. Langkah meraih mimpiku di Tanah Peratauan

Leave a comment